Illustrasi terjadinya gempa |
Bencana dahsyat berupa gempa 8,9 skala richter (SR) diserta tsunami bisa menerjang Kota Padang, Mentawai, dan wilayah pesisir barat Sumatera Barat. Namun kapan datangnya gempa yang disebut megathrust itu, tidak dapat diprediksi.
Potensi datangnya bencana itu mengemuka dari paparan Tim 9 yang terdiri dari ahli gempa dan ahli tsunami bentukan Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB) di Kota Padang, Selasa kemarin. Mereka mengingatkan agar warga Padang, Mentawai, dan pesisir barat Sumatera Barat bersiap menghadapi gempa itu.
"Rasanya kami dari tim sembilan ini seperti membawa kabar kematian. Akan tetapi hasil kajian ini memang harus disampaikan agar kita bersiap menghadapi bencana," kata pakar gempa yang juga salah satu anggota tim sembilan, Wahyu Triyoso di Auditorium Kantor Gubernur, Padang, Selasa (12/10).
Sementara itu ahli tsunami, Hamzah Latih mengatakan bahwa tsunami bisa melanda Padang dan pesisir sekitarnya jika terjadi gempa bumi megathrust.
Dalam simulasi terbaru, tsunami bisa menghantam Kota Padang selama 2,5 jam dengan ketinggian 6 meter sejauh 2 kilometer.
Hamzah menyebutkan, dengan kondisi Kota Padang sekarang ini, bila terjadi tsunami seperti itu pada siang hari, diperkirakan bisa menimbulkan korban korban 150 ribu jiwa.
Terkait dengan itu, ia menyarankan pemerintah pusat dan daerah segera membuat shelter dan jalan evakuasi untuk mengantisipasi ancaman bencana tsunami di Sumatera Barat.
Ahli Geologi Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI, Dr. Danny Hilman Natawijaya juga mengingatkan, potensi gempa megathrust yang berada di bawah Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat perlu diwaspadai karena energinya memang ada.
"Migitasi secara umum yang tetap harus diwaspadai adalah potensi gempa Megatran dengan pusatnya di bawah Pulau Siberut," kata Danny Hilman di Padang, Selasa.
Menurut Danny, sudah dilakukan kajian secara detail sehingga diketahui energi megathrust memang ada. Potensinya bisa 8,9 SR tetapi kapan lepasnya, tidak tahu.
Potensi gempa dan tsunami yang dahsyat itu juga diakui pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Badan ini mengingatkan seluruh masyarakat yang ada di barat Sumatera, selatan Jawa, Nusa Tenggara, perairan Banda, hingga Papua mewaspadai potensi terjadinya gempa besar disertai tsunami.
"Wilayah-wilayah tersebut merupakan kawasan pertemuan lempeng tektonik sehingga berpotensi memunculkan gempa Megathrust," kata Kepala Pusat Informasi Dini Tsunami dan Gempa Bumi BMKG, Fauzi.
Kewaspadaan dilakukan dengan membuat rumah tahan gempa sesuai dengan peraturan pemerintah yang baru. Kalau untuk rumah atau bangunan yang sudah ada, bisa dilakukan pengecekan oleh ahli sipil untuk memperkuat struktur bangunan. Jadi bisa dilakukan perbaikan untuk pencegahan.
Sementara itu, Alarm Tsunami Sederhana Akan Dikembangkan di Sumatera Barat .
Menghadapi ancaman gempa Megathrust Mentawai yang disertai tsunami, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat sedang mengembangkan alarm tsunami sederhana untuk peringatan dini untuk masyarakat.
Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Sumatera Barat, Ade Edward, Rabu (13/10), mengatakan tim pengkajian teknologi di BPBD Sumatera Barat telah berhasil menciptakan prototype peralatan diseminasi peringatan dini tsunami yang terintegrasi dengan Inatews Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
Inatews adalah sistem peringatan dini tsunami Indonesia yang dikendalikan dari kompleks Badan Meteorologi di Jakarta.
Ade Edward mengatakan, alarm tsunami ini berbasis frekuensi gelombang radio dan bersifat mandiri karena tidak tergantung listrik dan tidak perlu kabel, serta menggunakan energi matahari.
“Alarm tsunami ini sudah diuji coba dan berhasil, bahkan didukung tim 9 dari ahli gempa dan tsunami karena alat ini lebih murah dan efektif, satu unit hanya Rp 10 juta hingga Rp 25 juta,” kata Ade Edward.
Sirine peringatan tsunami dari Inatews BMKG atau dari Pusat Pengendalian Operasi BPBD Sumatera Barat bisa dipancarkan melalui alarm tsunami yang dilengkapi speaker ini dalam waktu kurang dari 15 menit setelah gempa. Frekuensi radionya juga terkunci agar tidak tergganggu.
Ia mengatakan alarm tsunami ini akan diperbanyak dan diharapkan dibiayai APBD Sumatera Barat dan APBD di tujuh kota dan kabupaten yang rawan tsunami dan gempa. Dibutuhkan seribu unit alarm tsunami agar peringatan tsunami bisa didengar sekitar 900 ribu warga di pesisir Sumatera Barat dan Kepulauan Mentawai.
“Alarm tsunami yang kita buat bisa terjangkau oleh kalangan dunia usaha ynag membutuhkan, misalnya hotel, mereka juga bisa membeli, selain memancarkan suara sirine, dari alat ini juga bisa mendengar suara orang, misalnya perintah evakuasi dari kepala daerah,” kata Ade Edward menjelaskan.
Ia berharap akhir 2011 alarm tsunami ini mulai terpasang di tujuh kabupaten dan kota yang rawan tsunami. Untuk saat ini, peringatan dini tsunami di Sumatera Barat mengandalkan enam sirine tsunami yang dibangun BMKG yang dipasang di Padang, Padang Pariaman, Agam, Pasaman Barat, Pesisir Selatan, dan Kota Pariaman.
Namun sirine ini hanya mampu terdengar dengan radius satu hingga dua kilometer. Selain itu karena berbasis satelit, harganya juga mahal, Rp 1 miliar per unit. Ditambah lagi dengan biaya pemeliharaan setiap bulan.
Saat gempa 30 September tahun lalu, ke enam sirine tsunami tersebut malah tidak berbunyi. Gedung Crisis Center Bencana Alam Sumatera Barat juga lumpuh karena porak poranda terkena gempa.Tombol sirine tsunami BMKG yang ada dalam Crisis Center juga rusak.
Ia menambahkan, gedung Crisis Center yang rusak ini akan dibangun di kawasan Air Pacah yang jauh dari pantai. “Seharusnya memang begitu, kantor BPBD dan Crisis Center akan berada di tempat yang aman, di tempat itu juga akan dibangun gudang logistiK,” katanya.
Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Sumatera Barat, Ade Edward, Rabu (13/10), mengatakan tim pengkajian teknologi di BPBD Sumatera Barat telah berhasil menciptakan prototype peralatan diseminasi peringatan dini tsunami yang terintegrasi dengan Inatews Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
Inatews adalah sistem peringatan dini tsunami Indonesia yang dikendalikan dari kompleks Badan Meteorologi di Jakarta.
Ade Edward mengatakan, alarm tsunami ini berbasis frekuensi gelombang radio dan bersifat mandiri karena tidak tergantung listrik dan tidak perlu kabel, serta menggunakan energi matahari.
“Alarm tsunami ini sudah diuji coba dan berhasil, bahkan didukung tim 9 dari ahli gempa dan tsunami karena alat ini lebih murah dan efektif, satu unit hanya Rp 10 juta hingga Rp 25 juta,” kata Ade Edward.
Sirine peringatan tsunami dari Inatews BMKG atau dari Pusat Pengendalian Operasi BPBD Sumatera Barat bisa dipancarkan melalui alarm tsunami yang dilengkapi speaker ini dalam waktu kurang dari 15 menit setelah gempa. Frekuensi radionya juga terkunci agar tidak tergganggu.
Ia mengatakan alarm tsunami ini akan diperbanyak dan diharapkan dibiayai APBD Sumatera Barat dan APBD di tujuh kota dan kabupaten yang rawan tsunami dan gempa. Dibutuhkan seribu unit alarm tsunami agar peringatan tsunami bisa didengar sekitar 900 ribu warga di pesisir Sumatera Barat dan Kepulauan Mentawai.
“Alarm tsunami yang kita buat bisa terjangkau oleh kalangan dunia usaha ynag membutuhkan, misalnya hotel, mereka juga bisa membeli, selain memancarkan suara sirine, dari alat ini juga bisa mendengar suara orang, misalnya perintah evakuasi dari kepala daerah,” kata Ade Edward menjelaskan.
Ia berharap akhir 2011 alarm tsunami ini mulai terpasang di tujuh kabupaten dan kota yang rawan tsunami. Untuk saat ini, peringatan dini tsunami di Sumatera Barat mengandalkan enam sirine tsunami yang dibangun BMKG yang dipasang di Padang, Padang Pariaman, Agam, Pasaman Barat, Pesisir Selatan, dan Kota Pariaman.
Namun sirine ini hanya mampu terdengar dengan radius satu hingga dua kilometer. Selain itu karena berbasis satelit, harganya juga mahal, Rp 1 miliar per unit. Ditambah lagi dengan biaya pemeliharaan setiap bulan.
Saat gempa 30 September tahun lalu, ke enam sirine tsunami tersebut malah tidak berbunyi. Gedung Crisis Center Bencana Alam Sumatera Barat juga lumpuh karena porak poranda terkena gempa.Tombol sirine tsunami BMKG yang ada dalam Crisis Center juga rusak.
Ia menambahkan, gedung Crisis Center yang rusak ini akan dibangun di kawasan Air Pacah yang jauh dari pantai. “Seharusnya memang begitu, kantor BPBD dan Crisis Center akan berada di tempat yang aman, di tempat itu juga akan dibangun gudang logistiK,” katanya.
Credit to: tempointeraktif.com & suarakarya-online.com
0 comments:
Posting Komentar